Sumber : http://riyantiagustina.blogspot.com/search?q=Penerapan+Teknologi+Informasi+dalam+Akuntansi
Penerapan Teknologi Informasi dalam Akuntansi
Perkembangan
TI yang pesat juga mengakibatkan perubahan signifikan terhadap
akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan teknologi terjadi
dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era
informasi. Peranan TI terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak
berbeda-beda. Semakin maju TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang
akuntansi. Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan sistem informasi
akuntansi (SIA) dalam hal pemrosesan data, pengendalian intern, dan
peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan.
Perkembangan SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan
juga mempengaruhi proses audit. Akhirnya, kemajuan TI memberikan peluang
baru bagi profesi akuntan. Peluang baru yang mungkin diraih di
antaranya adalah konsultan sistem informasi berbasiskomputer, CISA, dan
web trust audit.
Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan perubahan yang sangat signifikan terhadap akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era informasi. Hal ini dinyatakan oleh Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave (Robert, 1992).
Tonggak sejarah akuntansi dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli memperkenalkan sistem doble entry book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave menyatakan bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai masa bercocok tanam orang sudah mengenal teknologi, informasi, dan akuntansi.
Pada
masa bercocok tanam paradigma terhadap penciptaan kemakmuran dilakukan
dengan mengeksploitasi alam. Orang belum mengenal teknik untuk mengubah
bahan baku menjadi produk. Teknologi pada masa itu masih bersifat fisik
sehingga teknologi informasi masih tertulis dan dikembangkan untuk
membuat catatan akuntansi. Pada masa itu teknologi akuntansi masih
sangat sederhana. Karena lingkungan masih sangat statis dan dapat
diprediksi dengan mudah, maka sistem single entry book keeping sudah
dianggap cukup. Dengan sistem ini orang hanya memerlukan informasi
mengenai berapa aset dan utangnya pada suatu saat tertentu. Orang belum
berpikir mengenai berapa perubahan kekayaannya dan apa penyebab
perubahan tersebut.
Tahun
1650 sampai dengan 1955 dinyatakan oleh Alvin Toffler sebagai era
industri. Era ini dimulai dengan terjadinya revolusi industri, yaitu
sejak ditemukannya mesin-mesin industri. Tenaga kerja manusia di dalam
pabrik mulai diganti dengan mesin. Kantong-kantong industri mulai
bermunculan dan pertukaran dengan uang semakin berkembang.
Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book keeping sudah
tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai
memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya selama
suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki.
Pada era ini sistem doble entry book keeping mulai
diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia penemu sistem ini.
Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks, maka sistem doble entry book keeping mengalami
perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan metode
akuntansi yang kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing,
dan lain-lain (Belkaoui, 2000). Pada masa ini sistem informasi
akuntansi di dalam upaya untuk menyediakan informasi, baik kepada pihak
ekstern maupun intern masih dilakukan secara manual hanya dengan bantuan
mesin hitung ataupun kalkultor.
Era
informasi dimulai dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955. Padaera
ini teknologi informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan
informasi menjadi lebih cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi
menjadi lebih murah, dan tidak banyak memakan tempat dan waktu.
Salah
satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI
adalah SIA. Pada dasarnya siklus akuntansi pada SIA berbasis komputer
sama dengan SIA berbasis manual, artinya aktivitas yang harus dilakukan
untuk menghasilkan suatu laporan keuangan tidak bertambah ataupun tidak
ada yang dihapus. SIA berbasis komputer hanya mengubah karakter dari
suatu aktivitas.
Model
akuntasi berbasis biaya historis tidak cukup untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh perusahaan pada era teknologi informasi (Elliot
dan Jacobson, Gani, 1999). Model akuntansi pada era teknologi informasi
menghendaki bahwa model akuntansi dapat mengukur tingkat perubahan
sumber daya, mengukur tingkat perubahan proses, mengukur aktiva tetap
tak berwujud, memfokuskan ke luar pada nilai pelanggan, mengukur proses
pada realtime, dan memungkinkan network.
Perubahan
proses akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit merupakan
suatu bidang praktik yang menggunakan laporan keuangan (produk
akuntansi) sebagai objeknya. Praktik auditing bertujuan untuk
memberikan opini terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan yang
dihasilkan oleh SIA. Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam
bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam
menghasilkan laporan keuangan, maka praktik auditing akan terkena imbasnya. Perkembangan TI juga mempengaruhi perkembangan proses audit.
Menurut Arens, terdapat tiga pendekatan auditing pada EDP audit, yaitu audit sekitar komputer (auditing around the computer), audit melalui komputer (auditing through the computer), dan audit berbantuan komputer (auditing with computer). Auditing around the computer adalah audit terhadap penyelenggaraan sistem informasi komputer tanpa menggunakan kemampuan peralatan itu sendiri, pemrosesan dalam komputer dianggap benar, apa yang ada dalam computer dianggap sebagai “black box” sehingga audit hanya dilakukan di sekitar box tersebut. Pendekatan ini memfokuskan pada input dan output. Jika dalam pemeriksaan output menyatakan hasil yang benar dari seperangkat input pada sistem pemrosesan, maka operasi pemrosesan transaksi dianggap benar.
Ketika
organisasi memperluas penggunaan TI mereka pengendalian internal sering
ditanamkan di dalam aplikasi yang hanya terlihat dalam format
elektronik. Ketika dokumen sumber yang tradisional, seperti faktur,
pesanan pembelian, arsip penagihan, dan arsip akuntansi, seperti jurnal
penjualan, daftar persediaan, dan lainlain hanya dalam format elektronik
auditor harus mengubah pendekatan audit. Pendekatan ini sering disebut
dengan auditing through the computer. Ada tiga kategori pengujian
dari pengujian strategi ketika mengaudit melalui komputer, yaitu
pendekatan data ujian, simulasi pararel, dan pendekatan modul audit
tertanam.
Pada auditing with computer untuk membantu pelaksanaan keseluruhan program pengauditan digunakan mikro komputer. Auditing with computer
dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi terhadap proses pengauditan.
Mikro komputer akan mentransformasi beberapa fungsi audit. Auditing with computer menggunakan software untuk melaksanakan pengujian terhadap pengendalian intern organisasi klien (termasuk compliance test) dan pengujian substantif terhadap catatan dan file klien.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa auditing with computer mengarah pada penerapan expert system di dunia pengauditan. Expert system adalah
program komputer yang berciri intensif-pengetahuan yang menangkap
keahlian manusia dalam wilayah pengetahuan yang terbatas. Pada expert system pengetahuan
manusia dimodelkan atau direpresentasikan dalam satu cara yang bisa
diproses oleh komputer. Kondisi-kondisi dalam penyusunan laporan
keuangan dieksekusi dalam konstruksi IF-THEN. Jika kondisi adalah benar (true), maka suatu tindakan dilakukan.
Standar
profesional akuntan publik menyatakan bahwa pekerjaan audit harus
dilakukan oleh seorang auditor atau lebih, yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor. Namun, untuk
keperluan EDP audit, maka auditor yang bersangkutan selain memiliki
keahlian audit dan akuntansi jugaharus memiliki keahlian komputer.
Lebih-lebih jika auditor akan melakukan audit yang through dan within the computer.( http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/naniek noviari(1)